Bagai embun menyejuk dikala pagi
Bak lentera menjuang bersinar dengan terang
Ku sapa indah wahai kau mentari
Bersama dengan dersik anila yang berlalu-lalang
Tentang malam-malam sepi yang kulewati
Aku berterima kasih kepada sang sanubari
Karena telah weharima sampai kini, disini
Tat kala disaat perih menikam diri ini
Lantas sekarang, ke mana arah yang kutuju?
Dengan hanyut dalam lara di setiap langkahku
Tanpa kusadari,
Tak ada satu pun insan peduli terhadapku
Kini, aku sendiri bersama dengan lamunan sendu
Jiwa yang selalu ku arungi, kini tak lagi niskala
Berontak, menyayat luka entah ke sekian kalinya
Layaknya atma yang saling berdebat
Ya, aku hanya berargumentasi sendiri atas lara yang ada
Hampir saja aku mati dibunuh oleh sepi
Dengan butiran kesunyian, tanpa adanya pengharapan
Semakin sulit bagi ku menyembunyikan rasa sakit ini
Sampai kapan aku bisa terus bertahan?
Terpikir untukku menyerah, tapi
Sampai pada bait-bait puisi ini ku tumpahkan di penghujung hari
Bertahanlah, akan ada pelangi yang mewarnai di kemudian hari
Karya Nurul Hidayah
Leave a Reply