aku melihat orang berjalan tergesa-gesa,
meninggalkan jejak pada lantai sepi itu.
namun aku melangkah pelan, enggan
lalu, langkahku terhenti di ujung peron.
tas punggung, berat oleh harapan dan doa.
mata menatap rel yang tak pernah tidur,
seperti hatiku — yang tak pernah benar-benar pulang.
stasiun ini bukan rumah,
tapi selalu jadi awal dan akhir cerita,
tempat kusimpan sunyi,
dan rindu yang tak muat dalam jinjinganku.
setiap peluit kereta mengingatkanku
pada suara mama memanggil dari dapur,
pada aroma pagi yang hilang
di antara deru mesin dan kota yang asing.
setiap gesekan sepatu mengingatkanku
pada langkah ayah — yang selalu menghampiriku,
kala malam, untuk bubuh kecupan
lalu bisikan sebuah pengantar lelap.
aku belajar mengukur jarak dengan air mata,
menyulam mimpi di tempat jauh,
meski bayang rumah selalu lekat di jendela.
di sini, di stasiun yang tak mengenal namaku,
aku jadi penumpang bagi waktu dan kenangan.
pulang mungkin hanya jeda,
tapi stasiun — selalu jadi tempat aku belajar bertahan.
Karya Aprilia Wening Sukma
Deskripsi Singkat Karya:
Sebuah tulisan perihal seorang anak pertama yang merindukan rumah karena ia sedang merajut mimpi nun jauh di sana. pada stasiun yang selalu menjadi saksi dari sebuah harapan oleh orang yang kita sayang, pada stasiun yang selalu erat dengan sebuah rindu dan pulang.
Leave a Reply