aku terlahir di tanah dingin itu
tempat di mana gadis-gadis muda dijual seharga cincin kawin
diberi gaun malam yang indah-indah
dan seperangkat alat kebersihan
aku terlahir di tanah dingin itu
tempat di mana orang-orang itu menawarkan permata
dan mencuri peran Tuhan untuk mempersilakanku masuk dalam barakah-karamah yang dimiliki-Nya
atas nama bimbingannya
aku terlahir di tanah dingin itu
tempat di mana surga mengharamkan buku
tetapi menghalalkan kasihmu meninggalkan biru di ujung bibirmu
aku terlahir di tanah dingin itu
Di mana gadisku dihargai sebatas cincin kawin. Bajuku koyak dan gaun malamku indah. Hariku habis pada seperangkat alat kebersihan. Lalu buku-bukuku jadi bahan api neraka. Surgaku jadi kabur. Lalu ketika aku bertanya mengapa–
Surga
Itu
Seolah
Menjauh
Dari
Biru
Di ujung
Bibirku
karya Ervina Eka Safira
Deskripsi Singkat Karya:
Biru di Ujung Bibirku, mengangkat ironi tentang egoisme patriarki yang dibalut dalam syari’at agama yang tidak pada tempatnya. Agama dijadikan sebagai alat penguasaan perempuan melalui doktrin-doktrin yang telah dimanipulasi begitu rupa untuk melanggengkan dunia patriarki secara penuh: di mana perempuan direduksi dalam berbagai haknya, tetapi diminta secara penuh memberikan sesuatu yang dipaksa menjadi “kewajibannya”. Pun sebaliknya, laki-laki didoktrin untuk mengambil banyak hal yang dinarasikan sebagai “hak”-nya sekalipun menggunakan jalan kekerasan tanpa perlu mengindahkan apakah semua kewajibannya sudah dipenuhi
Leave a Reply